Cerita Pemakaian Manset/Baselayer Oleh Pemain Sepakbola atau Olah Raga Umumnya
By
Pinguinprop, Rabu, 09/01/2013 02:14 edited by NUR Fashion
Adalah Kevin
Plank, seorang pemuda berusia 23 tahun yang menjadi pelopor penggunaaan kaos
dalam khusus untuk olahraga. Kevin, yang saat itu adalah atlit American
Football, merasa kaos dalam dari bahan katun yang digunakan merepotkan dirinya
karena gampang sekali basah terkena keringat dan harus berulang kali diganti.
Terinspirasi oleh celana boxernya yang tetap kering selama berolahraga, Kevin
mengembangkan t-shirt dari bahan serupa yang dapat menyalurkan keringat,
menjaga suhu tubuh atlit selama pertandingan, dan lebih ringan. Ia kemudian
mendirikan perusahaan bernama Under Armour pada tahun 1996, dan menjadi pelopor
tren penggunaan baselayer di kalangan atlit.
Tren
penggunaan baselayer ini semakin meningkat tiap tahun, perusahaan seperti nike,
adidas, dan reebok-pun turut serta dalam bisnis ini. Mereka menggunakan
atlit-atlit profesional yang bernaung dibawah merek mereka untuk mempromosikan
produk ini. Hasilnya, baselayer kini seakan menjadi peralatan wajib bagi mereka
yang akan melakukan olahraga. Apabila 10-15 tahun yang lalu harga 30-50 dolar
untuk sebuah pakaian dalam olahraga dirasa sangat mahal, namun harga tersebut
kini dirasa lumrah. Adidas bahkan mengklaim bahwa tekhnologi baselayer yang
mereka gunakan, yaitu powerweb techfit, dapat meningkatkan kemampuan sang
atlit.
Di sisi lain, promosi penggunaan baselayer memberikan dampak tersendiri di lapangan sepakbola. Apabila di era sebelum pertengahan 2000an kita kerap melihat para pemain menggunakan jersey lengan panjang, maka 1-2 tahun terakhir, pemain lebih memilih untuk menggunakan lengan pendek, dengan baselayer lengan panjang di bagian dalam. Ini disebabkan oleh perkembangan tekhnologi baselayer, yang bahkan dalam cuaca sedingin apapun dapat menjaga kondisi tubuh pemain. Jersey lengan panjang yang dulu menjadi incaran, kini seakan menurun popularitasnya karena pemain lebih memilih untuk menggunakan jersey lengan pendek plus baselayer lengan panjang. Beberapa klub bahkan kabarnya melarang pemainnya untuk menggunakan lengan panjang, untuk mempromosikan baselayer dari sponsor apparel mereka.
Andai saja penggunaan baselayer sudah populer di tahun 2002, maka kamerun, yang saat itu menggunakan kostum tanpa lengan dari puma, tidak perlu menggunakan kain yang disambungkan dengan kostum untuk membuat lengan buatan. Baselayer bisa menjadi solusi, untuk menjembatani kostum tanpa lengan tim nasional Kamerun dan keinginan FIFA untuk meletakkan logo piala dunia mereka.
Di sisi lain, promosi penggunaan baselayer memberikan dampak tersendiri di lapangan sepakbola. Apabila di era sebelum pertengahan 2000an kita kerap melihat para pemain menggunakan jersey lengan panjang, maka 1-2 tahun terakhir, pemain lebih memilih untuk menggunakan lengan pendek, dengan baselayer lengan panjang di bagian dalam. Ini disebabkan oleh perkembangan tekhnologi baselayer, yang bahkan dalam cuaca sedingin apapun dapat menjaga kondisi tubuh pemain. Jersey lengan panjang yang dulu menjadi incaran, kini seakan menurun popularitasnya karena pemain lebih memilih untuk menggunakan jersey lengan pendek plus baselayer lengan panjang. Beberapa klub bahkan kabarnya melarang pemainnya untuk menggunakan lengan panjang, untuk mempromosikan baselayer dari sponsor apparel mereka.
Andai saja penggunaan baselayer sudah populer di tahun 2002, maka kamerun, yang saat itu menggunakan kostum tanpa lengan dari puma, tidak perlu menggunakan kain yang disambungkan dengan kostum untuk membuat lengan buatan. Baselayer bisa menjadi solusi, untuk menjembatani kostum tanpa lengan tim nasional Kamerun dan keinginan FIFA untuk meletakkan logo piala dunia mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar